
PENDIDIKAN ARSITEKTUR
Pendidikan dan arsitektur menurut Parmono Atmadi* (Prof. DR., Arsitektur dan Pengembangannya di Indonesia, Yogyakarta, 1997) mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga keduanya akan selalu saling mempengaruhi. Dalam perkembangannya, pendidikan arsitektur dapat dibedakan menjadi tiga tahap:
1. Pendidikan arsitektur tradisional
Pendidikan lebih menekankan pada metode perancangan proyek melalui kuliah-kuliah teori dan teknik yang mendukung tujuan utama yakni perancangan arsitektural. Kekaburan kuliah-kuliah pendukung, disebabkan oleh ketentuan bahwa kuliah-kuliah tadi hanya merupakan pendukung yang kurang mendapat perhatian. Akibatnya kuliah-kuliah pendukung itu tidak menarik. Sebaliknya perancangan sering terlalu mendapat penekanan yang berlebihan sehingga menghasilkan arsitek yang hasil karyanya terlihat baik di kertas, tetapi tidak selalu baik bila dibangun. Bagaimanapun juga masih selalu terdapat perbedaan pendapat mengenai pusat perhatian dalam pendidikan, apakah itu ditekankan pada perancangan atau pada arsitektur sesungguhnya.
2. Sekolah arsitektur yang mengikuti pola Bauhaus
Bauhaus adalah nama sekolah arsitektur Jerman pada abad 20 yang merombak pola mengajar dan latihan cara lama. Pendidikan ini menekankan konsep fungsional dan kejujuran pada ekspresi struktural. Pola ini membatasi para siswa untuk tidak merancang sampai mereka telah terbiasa dengan bahan dan macam konstruksi tertentu. Kekaburan yang terjadi adalah karena dasar teori dan sistem dijadikan suatu kepercayaan. Pemimpin atau guru dianggap dewa.
3. Sekolah arsitektur Humanis
Kelompok ini mempunyai dasar pemikiran bahwa arsitektur adalah bagian dari proses sosiologi kemanusiaan, seiring dengan perencanaan ekonomi, lingkungan dan kota. Perencanaan bangunan harus selalu memperhatikan hubungan dengan masyarakat secara menyeluruh, sebab hal itu merupakan fungsi dari bangunan itu. Karenanya pola pendidikan semacam ini akan menekankan pada penelitian mengenai perubahan yang terjadi, pengumpulan data dari masyarakat, seperti: pendapatan, ketenagakerjaan,transport, dan sebagainya, sebagai latar belakang rancangannya. Kekaburan pola ini, seperti juga pada pola lainnya adalah bahwa terdapat kecenderungan untuk menonjolkan hal-hal penting. Siswa banyak belajar mengenai penyusunan laporan statistik yang baik, tetapi kurang mampu dalam perancangan arsitektur.
Lantas jurusan kita termasuk yang mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar