Mau tau soal arsitektur, arsitek, desain, interior, konstruksi?

Selamat Datang.......

selamat datang di dunia arsitektur dan interior...blog ini berisi tentang berbagai informasi seputar dunia arsitektur, desain, seni dan budaya. berbagai hal tentang teori desain bangunan dan lansekap juga diposting di blog ini. ulasan jejak rekam arsitek terkenal dan juga bangunan-bangunan hasil karyanya akan selalu dihadirkan di sini...so..check this out!!! selamat membaca...salam 

Kamis, 23 Juli 2009

PETUALANGAN MENYUSURI GEREJA-GEREJA 3




 a. Gereja Santa Maria Fatima, Sragen (Jawa Tengah)
 Gereja Maria Fatima yang dibangun sekitar tahun 1967-1969 ini mempunyai sejarah tersendiri bagi masyarakat Sragen. Gereja kecil berdenah segi empat ini sekaligus sebagai saksi sejarah pertama kalinya manusia meluncur ke angkasa luar. Gereja ini tepat berada di jantung kota karena letaknya sekitar 100m dari alun-alun Sragen.
1) Tektonika, Makna dan Ruang
 Gereja berdenah dasar segi empat ini merupakan gereja terbuka (lihat gb. 3.1), di mana merupakan representasi baru ‘pendopo’ yang dikelilingi dengan 12 kolom beton. Ruang yang berbentuk dasar segi empat ini yang menjadi ruang utama adalah R. Altar dan R.umat. Konfigurasi penataan ruang altar dan umat dengan memutar 45° yaitu menggunakan sumbu diagonal sebagai arah orientasi menjadikan gereja ini selain terbuka juga dapat diakses dari segala sisi atau arah. Dan pemaknaan konfigurasi ruang ini bukan hanya semata berhenti pada perubahan sumbu orientasi tetapi memberikan kesan bahwa gereja terbuka ini menerima umat dari segala penjuru untuk datang dan berdoa. Dan kalau dicermati lebih dalam lagi, ternyata arah orientasi ini juga sebagai salah satu solusi dalam menyiasati lingkungan. Dimana untuk lebih meningkatkan ke-khusyuk-kan dan nuansa religius orientasi umat dibuat berlawanan dengan orientasi jalan lingkungan (lihat gb. 3.3).
2) Konstruksi Dinding
 Konstruksi dinding lepas dari struktur utama bangunan. Dinding hanya menjadi pembatas rendah antara teras atau ruang luar dengan ruang dalam gereja. Penyelesaian dinding yang seakan nanggung atau tidak sampai pada menutup ruang secara utuh. Gereja ini seakan tidak ada batas visual, dinding rendah ± 1 m tak lanyaknya dinding pembagi ruang, melainkan lebih tepat sebagai pagar rendah penghalang gerak atau tempat duduk yang panjang menerus seperti pada dinding selasar-selasar. Nuansa yang terbentuk adalah terbuka dan seakan ruang luar gereja menjadi frame utuh bagi ruangan di dalam gereja, sebuh dialog antara ruang luar dan dalam.
3) Kolom dan Rangka Batang
 Struktur yang digunakan pada gereja ini adalah struktur rangka batang sederhana. Rangka batang (trusses) adalah struktur yang dibuat dengan batang yang relatif pendek dan lurus menjadi pola-pola segitiga. 
Kolom ini terbuat dari cor beton yang dicetak sedemikian rupa dengan bekisting papan dan seng sehingga melahirkan tektur vertikal yang tak beraturan. Kekhasan Mangunwijaya yang membiarkan cetakan tersebut nampak tidak selesai tanpa plesteran (apakah alasan ekonomis atau memberikan kesan dramatis???). kemudian sebagai bahasa simbol, kolom tersebut seakan diukir seperti bentuk relief menggambarkan lambang-lambang spiritualitas dalam kehidupan beragama. Bagian kolom ini nampak seperti ada 2 bagian yang berkebalikan dengan bentuk kolom di Wisma Kuwera (dapat dibandingkan di bahasan berikutnya). Dua bagian tersebut adalah badan dan kepala, atau tangkai dan mahkota? Mahkota tampil sangat mencolok dengan penyelesaian cat warna merah.
4) Konstruksi Atap
Konstruksi atap berbentuk limasan ini berlangit-langit anyaman bambu dengan teknik pembuatan mirip dengan yang digunakan pada wisma kuwera, dengan balok papan 2 x 5 cm. Konstruksi kuda-kuda menggunakan materi baja dengan pemakaian profil H 100, double L 70, double L 50 dan double L 40. Pada konsulnya material baja ini tidak diteruskan tetapi berganti menggunakan kayu sehingga setelah ± 37 tahun teritisan atap dengan bentang 2 m ini turun sekitar 15 cm  
5) Artikulasi Detail 
 Berikut ini beberapa pengolahan bahan pada detail yang dihasilkan oleh YB. Mangunwijaya
No Lantai Bukaan: pintu-jendela dll Pada elemen atap Kria Interior
1 Paduan ampyangan batu kerikil yang membawa kesan kasar dan ubin yang ditata seperti menganyam bambu.  
Bentuk jendela dari kaca bening yang dilukis dengan cat. Jendela ini pembeda kolom dan dinding penyelesain sangat kasar, tanpa kusen dan menggunakan tralis besi horisontal.  
Simbol identitas gereja berupa salib, dibuat dari bahan seng. Sebuah karya kria yang bernilai seni walaupun dari bahan sederhana. 
Kursi umat yang juga ekonomis dari balok kayu yang dijajar dan kaki kursi yang terbuat dari besi. Terkesan ringan dan seritme dengan lantai. Hasil las besipun sangat rapi.
2 Lihat bentuk tekstur ubin cetakan beton yang mirip anyaman bambu 
Panel pintu ini terbuat dari papan kayu yang dijajar sehingga membetuk panel. Jadi bukan dari kayu utuh karena pertimbangan nilai ekonomis. Lagi-lagi teknik menjalin bahan bangunan.  
Detail ini merupakan penangkal petir untuk atap gereja. Namun tampil indah dengan desain semacam ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Recent Readers

View My Profile View My Profile View My Profile View My Profile View My Profile
Web Hosting