Mau tau soal arsitektur, arsitek, desain, interior, konstruksi?

Selamat Datang.......

selamat datang di dunia arsitektur dan interior...blog ini berisi tentang berbagai informasi seputar dunia arsitektur, desain, seni dan budaya. berbagai hal tentang teori desain bangunan dan lansekap juga diposting di blog ini. ulasan jejak rekam arsitek terkenal dan juga bangunan-bangunan hasil karyanya akan selalu dihadirkan di sini...so..check this out!!! selamat membaca...salam 

Selasa, 04 Agustus 2009

Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial


Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial

(by Sebastian)

Telah dijelaskan bahwa sejarah dunia memasuki masa kolonialisme pada abad XVII. Bersamaaan dengan datangnya orang-orang Belanda dan penerapan politik kolonial maka budaya modern termasuk arsitektur mulai berkembang di Indonesia. Masa kolonialisme di Indonesia juga dimulai dari abad XVII hingga pertengahan abad XX, tepatnya pada tahun 1945 atau tahun Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan masa pasca-kolonialisme di Indonesia dipakai untuk menandai sejarah Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan.

Pada abad XVII di mana kedudukan Belanda di Indonesia dapat dikatakan sudah mantap, pembangunan gereja masih cenderung berciri Eropa, sedikit atau tanpa memasukkan unsur budaya setempat dan aspek tropis. Yang banyak diterapkan dalam bangunan Gereja Katholik pada waktu itu adalah penerapan Ekletisme dengan mengambil sepenuhnya arsitektur klasik abad pertengahan (VII-XVI) yaitu Gothic. Secara garis besar ada 3 hal yang diterapkan oleh arsitek-arsitek Belanda di dalam merancang Gereja Katholik di Indonesia. Pertama, sepenuhnya dalam arsitektur Eropa baik klasik, ekletik maupun modern. Kedua, campuran antara arsitektur Barat dengan memasukkan elemen-elemen tradisional dimana elemen Barat menonjol. Ketiga, campuran antara arsitektur Barat dengan elemen-elemen tradisional dimana elemen tradisional lebih menonjol.

1) Konsep Rancang Tipe 1 (sepenuhnya dalam arsitektur Eropa)
a) Pola olah denah 
 Representasi dari pola olah denah arsitektur Gereja Katholik Kolonial yang sepenuhnya dalam arsitektur Eropa adalah De Kathedral te Batavia C (Weltevreden) (1891-1901), sekarang disebut Katedral Lapangan Banteng.
 Denahnya berbentuk salib, simetris dengan nave atau ruang umat di tengah dan nave arcade atau ruang pada kiri dan kanan nave. Letak choir (koor atau musik) diletakkan di balkon belakang. Pada ruang peralihan (setelah masuk pintu utama pengunjung), di kanan dan kirinya terdapat tangga untuk naik balkon. Pada ruang dalam, selain kolom-kolom silindris dari arsitektur Romawi juga penuh hiasan yang sebagian besar berupa molding atau alur-alur terutama ke arah vertikal. Di atas nave arcade dan ruang peralihan dari luar ke dalam balkon. Pada sisi kanan dan kiri terdapat masing-masing dua ruang pengakuan dosa, berdenah bagian dari lingkaran.

b) Pola olah tampak
 Pintu utama bergaya Gothic Inggris awal berupa pelengkung majemuk, runcing di atas dan kolom-kolom kecil silindris. Yang berbeda dengan lazimnya pintu Gothic, di sini pada sumbu tengah terdapat kolom membagi pintu menjadi dua dan di depan atasnya diletakkan patung Maria. Di atas pintu utama terdapat rose window yaitu jendela berbentuk lingkaran dengan elemen-elemen radial yang juga dari arsitektur Gothic. 
 Terdapat 2 buah menara tinggi di mana ujung atasnya masing-masing dihiasi oleh menara runcing penuh ornament baja, merupakan modernisasi dari Gothic karena menara ini biasanya dari konstruksi batu. Demikian pula dinding-dinding menara dihiasi dengan alur-alur, jendela Gothic semuanya meruncing seperti lazimnya arsitektur Gothic. Jandela-jendela dan dinding ruang dalam juga bergaya Gothic Awal Inggris seperti pintu masuk utama. 
 Penutup atau atap Katedral menggunakan system vault construction yaitu kerangka pelengkung-pelengkung silang runcing di atas, merupakan ciri khas Gothic yang serasi dengan bentuk jendela dan ornamen lainnya.
 
2) Konsep Rancang Tipe 2 & 3 (perpaduan unsur Barat dan Timur)
  Pada konsep rancang ini diambil konsep rancang Gereja Katholik di Pohsarang, Jawa Timur.
a) Pola olah denah
Secara Prinsip arsitektur Gereja Pohsarang mengambil bentuk-bentuk arsitektur yang pada relief candi. Salah satu unitnya berbentuk copula, tetapi dalam hal ini denahnya bujur sangkar. Lokasinya yang di atas sebuah bukit dengan lembah dibuat berteras-teras seperti bukit Golgotha. Kompleksnya yang terdiri dari unit-unit bangunan juga mempunyai pelataran dan taman-taman, identik dengan rumah Jawa atau Bali.
b) Pola olah tampak
Pada olah tampak gereja Pohsarang terdiri dari 2 unit utama yang pertama berbentuk Copula melambangkan Gunung Arafat dan yang kedua berciri Sunda yang melambangkan bahtera Nabi Nuh. Pada bagian utara-selatan dimanfaatkan untuk amphitheater (panggung terbuka), mirip dengan panggung-panggung terbuka Yunani Kuno. Di pelataran dalam terdapat sebuah pohon beringin lambang religius Majapahit, dan pada dinding batu-bata yang mengelilingi pelataran ini terdapat 14 gambar jalan salib. Di sebelah barat, dekat dengan gambar jalan salib pertama terdapat miniatur Gua Lourdes.




1 komentar:

  1. Arsitektur gereja yang menarik... Boleh saya berbagi article tentang Duomo di Milan di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/milan-di-piazza-del-duomo.html
    Lihat juga video di youtube https://youtu.be/GkJmdx6yrAo

    BalasHapus


Recent Readers

View My Profile View My Profile View My Profile View My Profile View My Profile
Web Hosting