KONTEKSTUALISME DALAM ARSITEKTUR 2
Namun pada perkembangannya bahwasanya kontekstualisme yang berkembang dibeberapa kota di Eropa
dan Amerika pada umumnya lebih merupakan minat individu dan tanggapan individual (tidak mengikat), tertimbang aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang bersifat universal dan luas. Ini berbeda dengan Modern Movement yang mewakili seperangkat dogma, diktaktik dan aturan-aturan yang universal sekali tersusun sebagai undang-undang, jadilah standar praktek desain para arsitek.
Kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik mendesain yang dikembangkan untuk dapat memberikan jawaban khususnya atas kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, prakmatis menjadi bersifat pluralistik dan fleksibel, serta bukan dogmatis rasional ataupun terlalu berorientasi kepada kaidah-kaidah yang terlalu universal.
Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisme yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat mempertahankan dalam konteks yang baik.
Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memori dan makna dari urban fabric. Prinsip kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari gaya arsitektur yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar