Mau tau soal arsitektur, arsitek, desain, interior, konstruksi?

Selamat Datang.......

selamat datang di dunia arsitektur dan interior...blog ini berisi tentang berbagai informasi seputar dunia arsitektur, desain, seni dan budaya. berbagai hal tentang teori desain bangunan dan lansekap juga diposting di blog ini. ulasan jejak rekam arsitek terkenal dan juga bangunan-bangunan hasil karyanya akan selalu dihadirkan di sini...so..check this out!!! selamat membaca...salam 

Minggu, 09 Agustus 2009

HENRI MACLAINE PONT


 HENRI MACLAINE PONT

A. Biografi1
“Arsitektur….adalah bagian dari kegiatan manusia dalam menciptakan sesuatu untuk dirinya agar keluar dan menundukkan alam”
Filsafat arsitektur yang selalu dipegang dari awal sampai akhir hidup seorang Pont yang lahir pada bulan Juni 1885 di daerah Meester Cornelis atau sekarang bernama Jatinegara bagian dari Kota Jakarta. Seperti pada banyak keluarga Belanda pada masa itu, Henry Maclaine Pont mewarisi budaya campuran. Beberapa anggota keluarganya tinggal di “Neederlandsch Indie” sampai berakhirnya masa kolonial Belanda di Indonesia (1942). Empat generasi dari pihak nenek ibunya adalah adalah orang pribumi berdarah Bugis dan nenek moyangnya datang pertama kali ke Indonesia, pada masa VOC. Atas saran ayahnya, pada tahun 1902 ia masuk Technische Hoogeschool de Delft, sebuah sekolah tinggi teknik paling terkemuka di Belanda. Mulanya ia mengambil jurusan pertambangantapi kemudian ia memutuskan untuk pindah ke arsitektur. Dari jurusan inilah, Maclaine Pont nantinya menjadi salah seorang arsitek terkemuka dalam perkembangan arsitektur Belanda.
Dilihat dari hasil karya-karyanya, Maclaine Pont tidak terpengaruh pada bentuk-bentuk kubis, garis-garis dan bidang-bidang vertikal atau lainnya dari aliran purism yang melanda dunia seni termasuk arsitektur pada waktu itu. Maclaine Pont secara konsisten menekankan pendekatan terhadap budaya dan alam di mana ia membangun. Penekanannya selain kepada kesatuan antara bentuk dan fungsi, juga pada kesatuan dengan konstruksi, sebagai perwujudan dari tradisi dalam hubungannya dengan arsitektur.
Setelah menyelesaikan studi arsitekturnya, sebelum kembali ke Indonesia, antara tahun 1909 sampai dengan 1911 Maclaine Pont bekerja pada Kantor Postmus Meyes di Amsterdam. Proyek pertamanya dimana ia intensif terlibat, adalah sebuah rumah sakit untuk para diaken (pembantu Gereja) di Overtoom Amsterdam. Proyeknya yang kedua adalah Prins Alexander Stiching, sebuah institusi untuk para tuna netra di Huis ter Heide.
Karena dorongan ibunya, ia kembali ke Indonesia. Ia tiba di Tegal, sebuah kota di Pantai Utara Jawa Tengah, antara Cirebon dan Semarang, pada awal tahun 1911. Iklim, sinar matahari dan gaya hidup masyarakat setempat selalu menjadi perhatian utama sepanjang hidupnya. Hal ini diterapkannya dalam karyanya NIS (Nederlandsche-Indische Spoorweg Maatschappij), Perusahaan Kereta Api Belanda di Tegal.
Pada pertengahan tahun 1913, Maclaine Pont pindah ke Semarang. Ia memantapkan kantornya dan sibuk dengan proyek-proyeknya seperti misalnya bangunan-bangunan perkeretaapian di Purwokerto, gudang-gudang untuk gula di Cirebon, Cilacap, kantor-kantor di Tegal. Selain merancang bangunan, Maclaine Pont juga membuat rencana pengembangan perkotaan di Semarang Selatan dan di Surabaya. 
Pada pertengahan Tahun 1915, Maclaine Pont sakit, bersama isterinya kembali ke Belanda. Setelah sembuh ia bekerja pada kantor kereta api di Utrecht. Karena tidak berpikir lagi untuk kembali ke Indonesia, pada tahun 1918 bironya di Semarang dijualnya kepada kawan-kawannya. Tetapi di luar rencana pada tahun itu juga ia diundang untuk merancang Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. 
Pada tahun 1924, ia diminta untuk menjadi penasehat perusahaan kereta api di Jawa Timur dalam membangun perumahan karyawan. Tiga bulan tinggal di Surabaya sehubungan dengan proyek tersebut, memberikan kesempatan untuk meneliti reruntuhan Kerajaan Majapahit di dekat Trowulan. Ia makin tertarik dalam penelitian tentang arkeologi, dan melihat adanya masalah untuk diteliti secara lebih mendalam dan sungguh-sungguh. Untuk itu pada Bulan September 1924, ia pindah ke Trowulan dan sampai dengan tahun 1943 dengan hanya sedikit interupsi ia mengadakan penelitian arkeologi. Dalam periode ini Maclaine Pont banyak menulis berbagai masalah tentang arsitektur tropis. Ia mengemukakan pula tentang pentingnya menjaga kelestarian bangunan-bangunan lokal, perencanaan kota, bahkan juga tentang kesehatan masyarakat yaitu pest control. Pada tahun-tahun itu, pekerjaan arsitekturnya banyak berkaitan dengan penelitiannya yaitu antara lain membangun museum untuk menampung benda-benda peninggalan sejarah.
Pada tahun 1936, Maclaine Pont diminta oleh Pastor G.H. Wolters untuk membangun sebuah gereja di Pohsarang, sebuah desa beberapa kilometer di sebelah timur Kediri, Jawa Timur, di mana agama Katholik berkembang pesat di sana.
Dalam karyanya Museum Trowulan maupun Gereja Pohsarang selalu menggunakan bahan-bahan lokal. Maclaine Pont juga menggunakan buruh-buruh setempat selain beberapa tukang yang sudah berpengalaman pada saat membangun museum. 

B. Pemikiran-pemikiran dan Konsep Maclaine Pont2
Henri Maclaine Pont merupakan salah seorang arsitek yang “Independent dalam menentukan prinsip-prinsipnya pada perancangan suatu bangunan. Tidak seperti arsitek-arsitek pada zamannya yang kebanyakan selalu mengikuti arus ‘aliran’ di bidang arsitektur yang sedang ‘in’ pada waktu itu. Henri Maclaine Pont berusaha membuka celah-celah baru dalam bidang arsitektur dengan berusaha mencerminkan sikap “kebersahajaan” dan ternyata tak pernah lapuk dimakan usia. 
Dalam prinsip perancangannya ia mencoba memadukan kekuatan-kekuatan lokal berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan alam; dimana tidak sedikit arsitek yang sering meninggalkan point ini pada bangunan yang dirancangnya. Jarang sekali kita menemui suatu karya arsitektur yang dapat mewakili ciri khas budaya dan sosial daerah masing-masing, serta mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh lingkungan di sekitarnya. Dengan teori-teorinya, Henri Maclaine Pont berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada.
Dalam membangun suatu bangunan, Henri M.P, memegang teguh beberapa filsafat arsitektur. Ia menginginkan agar keberadaan bangunannya dapat menjadi bagian dari lingkungan sekitar bangunan tersebut. Ia sangat memperhatikan tentang iklim dan masyarakat sekitar bangunannya. Ia juga memperhatikan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat. Maclaine Pont lebih suka menggunakan bahan lokal dalam pembangunan karyanya dan juga penggunaan buruh lokal. Selain bahan lokal lebih murah daripada bahan import, bahan lokal juga banyak tersedia sehingga tidak mungkin kekurangan. Ia juga selalu menggunakan buruh lokal dalam pembangunan karyanya sehingga dapat menjadi latihan bagi ketrampilan masyarakat sekitar.
Secara keseluruhan, teori-teori yang dikemukakan oleh Henri Maclaine Pont mencoba untuk tetap “komunikatif” dengan lingkungan sekitarnya tanpa meninggalkan aspek fungsi dari bangunan tersebut. Hal ini tercermin dalam karya-karyanya yang sampai saat ini masih dapat kita nimati eksistensinya.
Henri Maclaine Pont secara konsisten menekankan pendekatan terhadap budaya dan alam dimana ia membangun. Filsafat arsitekturnya yang selalu dipegang teguh dari awal sampai akhir hidupnya:
“Arsitektur….. Adalah bagian dari kegiatan manusia dalam menciptakan sesuatu untuk dirinya agar keluar dan menundukkan alam.”

 Teori Henri M.P.
Kaidah arsitektur (teori) yang pernah dicetuskan/tampil pada karya-karyanya adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan pada faktor budaya dan alam dimana ia membangun sehingga karya arsitektural merupakan jawaban dari kebutuhan sosial.
2. Pada setiap karya arsitektural harus dapat tercermin adanya hubungan yang logis antara bangunan dengan lingkungannya.
3. Menggali akar budaya arsitektur klasik, dikaji dan kemudian dipadukan dengan arsitektur modern.


 Falsafah
Adaptasi Regionalisme
Yaitu adanya dialog antara tradisional dan modern. Struktur bangunan dapat berkembang mengikuti teknik dan metode baru, namun ungkapan arsitektural tetap dalam semangat tempat dan budaya lokal.

 Prinsip-prinsip yang dianutnya
 Dalam segi bentuk, Henri M.P. tidak terpengaruh pada bentuk-bentuk kubis, garis-garis dan bidang vertikal atau lainnya dari aliran “purism” yang melanda dunia seni dan arsitektur pada waktu itu.
 Henri M.P. selau memberikan penekanan pada kesatuan antara bentuk, fungsi dan konstruksi. Sebagai ungkapan spiritual dari suatu kelompok masyarakat, maka gaya arsitektur harus mempunyai jawaban dari kebutuhan sosial masyarakat tersebut.
 Menurut pandangannya adalah penting dalam arsitektur adanya hubungan logis antara bangunan dengan lingkungannya. Ia menyadari bahwa lingkungan secara keseluruhan menjadi bagian yang menyatu dengan bangunan sehingga dalam merancang, Henri M.P. selalu memperhatikan adat dan budaya setempat.
 Dalam bidang konstruksi, Henri M.P. tidak seperti arsitek-arsitek Eropa pada umumnya yang selalu menggunakan bahan material impor. Ia senantiasa berusaha menggunakan bahan lokal pada konstruksi bangunan yang dirancang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Recent Readers

View My Profile View My Profile View My Profile View My Profile View My Profile
Web Hosting