architecture-interior-design-urban-lanscape-architect-construction-campus-education-news-research
Mau tau soal arsitektur, arsitek, desain, interior, konstruksi?
Selamat Datang.......
selamat datang di dunia arsitektur dan interior...blog ini berisi tentang berbagai informasi seputar dunia arsitektur, desain, seni dan budaya. berbagai hal tentang teori desain bangunan dan lansekap juga diposting di blog ini. ulasan jejak rekam arsitek terkenal dan juga bangunan-bangunan hasil karyanya akan selalu dihadirkan di sini...so..check this out!!! selamat membaca...salam
Jumat, 24 Juli 2009
BUDAYA TEKTONIK DALAM ARSITEKTUR
Ada 3 elemen yang tidak dapat dilepaskan jika membicarakan arsitektur. Pertama adalah tipe, kedua fungsi dan ketiga adalah tektonika. Hal ini terlihat korelatif dengan teori vitruvius mengenai venusitas (keindahan/ bentuk ideal), utilitas (kegunaan/ fungsi) dan firmitas (ketahanan atau ketangguhan). Tipe kerap dikaitkan dengan 2 yang lain, pertama dengan fungsi melalui tipologi fungsional dan kedua dengan tektonika melalui tipologi berdasar sistem struktural.
Dimitry Porphyrios mengatakan bahwa tujuan arsitektur adalah untuk membangun suatu wacana tektonika yang selain menjawab pragmatika penyediaan ruangan bagi manusia juga mempresentasikan tektonika sebagai mitos. Di sisi lain Keneth Frampton menyarankan bahwa selayaknya kita kembali pada unit struktural sebagai intisari arsitektur yang tak tereduksi lagi. Baginya unit stuktural mengacu pada hubungan antar komponen tektonika yaitu sambungan, yang merupakan simpul di mana dunia menjadi ada.
Menurut K.Frampton, tektonika berawal dari kata Yunani tekton yang mempunyai arti tukang kayu atau pembangun. Dari istilah yang pada konotasinya wadag kemudian begeser ke yang lebih umum yakni konstruksi, cara membangun dan nantinya menjadi salah-satu aspek dalam puisi. Sampai pada pemahaman sekarang yakni seni sambungan, aspek puisi dari konstruksi. Ini sebuah evolusi etimologis dari sifatnya ontologis ke representasi. Juga merupakan reduksi dari yang dimaksudnya, yaitu bukan sekedar komponen struktural semata melainkan juga dalam kaitannya dengan keberadaan formal keseutuhan dari gabungan berbagai komponen struktural tersebut.
Dalam esainya Frampton mengungkapkan bahwa ada 3 kondisi yang terkait dengan tektonika:
1. Objek teknologis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan langsung. Tectonic object, juga mempunyai makna, yang pertama elemen konstruksi yang dibentuk untuk menekankan peran statika atau status kultur
2. Objek skenografis yang digunakan untuk memerikan sesuatu yang tidak ada atau tersembunyi
3. Objek tektonika yang muncul dalam 2 moda, yaitu moda ontologis (Semper menyebutnya sebagai structural – technical) dan moda representasional (Semper menyebutnya structural – symbolic)
Lebih jauh dijelaskan bahwa Semper menggolongkan bangunan menjadi 2 cara berdasarkan penanganan bahan, tectonic of the frame (penggabungan berbagai rangka berbagai ukuran), dan stereotomic of compressive mass (menumpuk menyusun satuan-satuan jenis). Bahan untuk cara pertama biasanya kayu, bambu atau anyaman, sedang yang kedua biasanya batu, bata, tanah yang dipadatkan lalu jadi beton.
Tectonic frame bergerak menjulang ke atas ringan, sementara stereotomic base menghunjam menancap masuk ke dalam bawah berat, antara langit dan bumi, antara terang dan gelap, antara ringan dan berat, antara immaterialitas dan materialitas. Tektonika rangka merupakan perwujudan balok-balok dengan berbagai panjang digabung-gabungkan untuk membentuk suatu medan keruangan dan stereotomika massa padat yang ditumpuk-tumpuk membentuk ruang. Hal ini secara ontologism akan bermakna bahwa struktur rangka cenderung mengarah pada dematerialisasi massa dan bersifat ringan. Di sisi lain, bentukan massa akan bersifat lembam dan tertanam pada tanah.
Dalam arsitektur kita bisa melihat perwujudannya dalam tradisi budaya antara budaya tektonik rangka ringan dengan budaya pejal berat atau perpaduan keduanya dengan derajat pengungkapan yang bervariasi. Semper menekankan bahwa sambungan juga merupakan peralihan sintaks tatkala seseorang melintasi dari massa stereotomik ke rangka tektonik dan bahwa peralihan inilah yang merupakan intisari arsitektur. Sementara Botticher membedakan antara kernform yang merupakan bentuk structural yang esensial dan kunstform yang merupakan pengkayaan.
Fenomena arsitektur dapat dilihat sebagai produk yang dihasilkan dari hubungan kait berkait di antara segitiga manusia, alam dan teknologi. Sejauh ini, peradaban manusia berangkat dari keadaan alami, teknologi yang dihasilkan berada di bawah sistem kebumian (tellurgical) yang ada, dan dalam batas sifat-sifat itu pulalah teknologi itu bekerja. Grafitasi misalnya, adalah sistem telurgis yang harus dihadapi dan diselesaikan. Telaah arsitektual yang berangkat dari sisi itu, menggambarkan bagaimana manusia memecahkan masalah beban dan pendukungnya secara otentik. Fenomena grafitasi mendorong makhluk manusia untuk mengkaji bahan-bahan bangunan sebagai sarana untuk mendukung beban. Pemecahan dan penyelesaian yang kemudian di-pilih-nya merupakan keputusan penting. Suatu budaya tersendiri.
Itulah budaya tektonik, yakni budaya mengerjakan sesuatu menuju ke pencapaian tujuan (menahan beban). Pada titik itu pula manusia memperlihatkan kelihayan (ingenuity) dalam menanggapi berbagai gejala alam di suatu lingkungan tertentu, dalam mengambil keputusan untuk menggunakan bahan-bahan lokal terbaik untuk memikul beban tertentu, sesudah tawar-menawar dengan gejala imperative alami itu.
Tentu saja proses pengambilan keputusan seperti itu tidak berlangsung dalam sekejap. Manusia belajar dan mengamati segala akibat yang ditimbulkan oleh keputusan yang telah diambilnya. Melalui pengelaman empirik yang berlapis-lapis, setapak demi setapak, sedikit demi sedikit, pilihan-pilihannya semakin menajam, semakin efisien, demi setapak, sedikit demi sedikit dan semakin cermat. Dan dalam kecermatan mutakhirnya, terciptalah ungkapan lokal yang otentik, yang sejati, yang menggambarkan ciri-ciri lokalitas yang tak terban-tahkan. Semuanya mencerminkan pemenuhan kebutuhan secara pepak dan menyeluruh.
(sebastian@2006)
Label:
TEORI ARSITEKTUR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kata2x sulit dicerna mas untuk mahasiswa setingkat saya
BalasHapuspemahaman tentang tektonika ini memang agak sulit....teori ini saya pelajari saat Tugas Akhir...intinya tektonika merupakan suatu seni sambungan konstruksi dimana hal tersebut merupakan inti dari desain arsitektural yang bercita rasa dan nilai tinggi...
BalasHapusGan ini hanya di translate drbuku frampton yaa?? Tapi nggpp anda sangat membantu terimakasih sebelumnya
BalasHapus